Minggu, 20 November 2016

MIND MAPPING MANUSIA DAN PENDERITAAN :(


Unsur Intrinsik dan Sinopsis Salah Satu Judul Karya Sastra

CONTOH UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS SALAH SATU JUDUL 
KARYA SASTRA

“TAKDIRKU”

Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari sekolah tadi tak keluar-keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya, ia membanting napas kesal isi buku yang dibacanya dari tadi belum masuk juga ke otaknya. Karena capek, ia selonjoran di kasur bunga mawarnya itu. Tapi ia malah teringat oleh mantannya. Ditariknya foto itu dari dompetnya. Huh, seandainya! Aduh, dia melulu. Malas ah!
Ia sekejap langsung menyembunyikan benda kenangannya dengan Audra itu di dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang hitam itu mengeluh, namun penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak pergi-pergi juga. Iih, Tari menggumam. Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga dewasa, kurang bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?
Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat sosok yang dikenangnya itu memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya. Memang sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu, pintar, berkulit cokelat, wajahnya yang bersih, dan bertubuh tinggi itu bukan termasuk tipe Tari. Tapi ia sulit untuk memutuskan putus atau tidak pada saat itu. Selama ini semenjak putus dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal seandainya ia bisa lebih berpikir dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia mending terlintas kenangannya dengan Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke bundanya itu sampai menggerakkan gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup! Tari berlari menangis. Tak heran kalau Tari terkadang berdiam diri di kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan misteri. Tapi sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat bertahan dengan kondisi keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam istirahat telah usai. Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya.
“Tar!”
“Ei, kamu kok ngelamun aja sih?”
“Iya nih, lagi pusing aku.”
“Ooo, makanya kamu kok nggak sholat dhuha, biasanya kamukan rajin gitu.”
“He, itu itu Audra!” Yanti menyoel-nyoel Tari. Apaan sih! Kalau kamu suka dia jangan kayak gini dong! Alah yang suka aku apa kamu, Ihii!! Yanti menyindir sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang sejak kemarin ia terus menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar bundanya yang tak sengaja mengingatkan bapaknya untuk tidak merokok dan pulang malam. Yan, aku tuh udah putus dengannya! Tari menyela sobatnya dengan menahan ketawa sebab melihat wajah Yanti yang berekspresi seperti “Aming” komedian itu.
Tentu saja Tari tidak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan menangisi takdirnya. Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran kehidupannya yang menyedihkan.
Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi pikirannya masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi kekasihku! pasti masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya nasibku. iiiiihh!! Teriakannya membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal dari Bejo yang menepuk bahu Tari.
“Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet loh entar!” Bejo pura-pura tak ngerti kesalahannya. Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik, guru paling killer di sekolah.
“Tari! Maju ke depan.”
“Oh, My God!”
“Bilang apa kamu tadi ?”
“Ndak Bu, ndak!”
Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu Tartik mendengar ketawa mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka terlihat sedang berpikir sesuatu.
“ada apa ya dengan Tari ?”
“Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?”
Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan kata-kata seperti itu. Dan membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka berdua masih saling suka.
Tapi…………
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
“Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan menganggu pelajaran Ibu!” muka Tari yang memerah membuat dirinya tampak habis makan 100 cabe merah keriting yang biasa dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan bundanya.
Tet tet tet tet tet tet…………
Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan telinga itu menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya juga terselamatkan. Karena mereka ingin sekali tak mengikuti pelajaran ini. Tapi begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.
“Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!”
“Iya Bu.” Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik keluar dari kelas, Yanti dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar Tari. Tar kamu kenapa?
“Iya, kamu kenapa ?”
Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar ketika Audra menghampiri dan perhatian kepadanya.
“Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma……..”
“Cuma ngelamunin kamu Dra.” Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti membela sobatnya.
“Bejo! Kamu jangan gitu.”
“Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ?” Tari mengalihkan suasana dan itu berhasil.
“Ya sudah, aku pulang dulu ya.” Audra melirik Tari dengan senyumnya yang bisa membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.
“Tar, kamu bener-bener pusing ta ?”
“Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang usil itu, aku jadi dicereweti Bu Tartik deh.”
“Ooo, emang kamu tuh!”
“Eeemang!!!” Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti segera pulang dengannya. Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna biru berlabelkan “AMG”(Arjosari-Gadang) itu.
Jam 7 malam …………
Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau bicara dengan Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada keluarga teman Bapak yang mau melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah selesai.
“Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.”
“Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru menikah dengannya!”
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah bicara A, maka Tari harus mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat apa. Tari bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar Tari dan setelah bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.
“Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu.” Mereka menangis berdua. Keesokan harinya Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu capek. Capek menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau hanya kebetulan saja, Audra juga tak masuk. Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya itu, ada perbincangan antar keluarga.
“Papa, Audra tak mau dijodohkan!”
“Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting sekarang kamu siap-siap untuk sore nanti!”
“Pa!!!”
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan dilamar. Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya berwarna putih jika dipakenya akan pas di badannya yang ramping itu. Bunda, aku mau dengan perjodohan ini hanya karena agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari memperjelas alasannya kepada Bundanya. Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke halaman rumah Tari dan berhenti tepat di depan teras. Bapak menyambut keluarga itu. Namun ada yang aneh, anak laki-laki dari keluarga itu terlihat murung dan malas sama seperti Tari. Selamat datang! Silahkan masuk. Bapak mempersilahkan mereka masuk.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih mengkilat itu dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan menemui keluarga pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah terbuka yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa kamu?kamu?? Tari terheran dengannya.
“Ya benar, aku Audra!” Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam apakah ini? Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra.
“Tar,Aku sayang kamu!”
“Aku juga Dra, aku sayang kamu!”


 Unsur Intrinsik

·        Tema       : Percintaan Dan Takdir
·        Tokoh &watak:
Tari : sabar, tabah, tertutup, kuat, taat beribadah, pelamun.
Audra : tidak dewasa, perhatian, pemalu
Yanti : medok, baik, perhatian, suka, melucu, setia kawan
Bapak : keras kepala, pemaksa, egois, suka memukul, mudah emosi
Bunda : sabar, penyayang, perhatian, lemah lembut, rela berkorban
Bejo : Usil, medok, nakal
Bu Tartik : Pemarah, tegas, killer
Papa : Egois
·        Alur/plot   : Campuran
·        Setting     : a. Kamar tari pukul 17.15
b. Kelas sehabis jam istirahat sekolah
c. jam 7 malam di ruang menonton TV
d. Kamar setelah sholat isyak
e. Rumah di jalan Araya
f. Jam 15.00 di rumah Tari

Sinopsis

       Tari mempunyai banyak masalah yaitu Tari masih mencintai mantan kekasihnya dan ayahnya yang egois. sampai-sampai saat dikelas Tari melamun pada jam pelajaran B.indonesia. pada saat Tari melamun, temannya yang bernama Bejo usil dengan menepak pundak Tari hingga Tari terkaget dan berteriak.hingga Tari dipanggil Ibu Tartik, guru paling killer disekolah. Untungnya saat Tari dimarahi bu Tartik, bel sekolah berbunyi yang menyelamatkan Tari. Dirumah, Tari dipanggil ayahnya. Tak biasanya ayah ingin berbicara dengan Tari. Setelah berbicara dengan ayahnya. Ternyata besok ada yang ingin melamar Tari pada jam 15.00 pas. Malamnya Tari dan bundanya menangis karena Tari tak ingin dijodohkan. Esok harinya Tari terpaksa mengikuti apa yang ayahnya perintahkan. Pada jam 15.00 Mobil sedan hijau parkir didepan terasnya. Tak seperti biasanya anak laki-laki yang ada dimobil tak ingin keluar. Setelah disuruh keluar anak laki-laki tersebut pun keluar dan..... Tari terkejut hingga ingin pingsan. Entah Takdir atau hanya kebetulan Anak laki-laki tersebut ternyata Audra. Mantan kekasih Tari yang masih ia sayang.


Unsur-Unsur Kebudayaan dan Penulisan Tentang Unsur Kebudayaan Suatu Daerah

Tiko Fajrin Conniando
17216393
1EA03

Unsur-Unsur Kebudayaan dan Penulisan Tentang Unsur Kebudayaan Suatu Daerah

A.    Unsur-Unsur Kebudayaan Ada 7, Yaitu :

          1. Sistem Teknologi dan Peralatan
Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin banyaknya masyarakatyang hidup modern. Teknologi sangat diperlukan akan tetapi tidak untukmelakukan perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku. Sekarang banyak yang menyalah gunakan alat teknologi khususnya internet. Tidak sedikitmasyarakat yang tertipu atau melakukan perbuatan asusila dengan internet. Haltersebut harus kita perhatikan. Jangan sampai kebudayaan kita menjadi minus dimata negara lain. contoh lainnya dari sistem teknologi dan peralatan adalahperalatan kantor, rumah tangga, pertanian, nelayan, tukang kayu, peralatanibadah dan sebagainya lagi.Unsur kebudayaan secara universal sangat beragam. Kita bisa pelajari denganbaik maka akan dapat banyak sekali pengetahuan yang sangat bermanfaat.

          2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.
          3. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak. Terdapat masyarakat Jawa,Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari macam-macam kebudayaan tersebut, perluditanamkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi dengan rukun. Di Indonesiabanyak terdapat kebudayaan yang harus di lestarikan bersama. Jangan kitasaling bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan lain, karena itusama saja kita memecahbelahkan kebudayaan yang sudah ditanam oleh leluhursebelumnya.
          4. Bahasa
Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya.Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasatersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia.
          5. Kesenian
Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian. Banyak hal yang bisa kitapelajari mengenai kesenian. Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang dimiliki setiap daerahmaupun setiap negara. Misalnya untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahuidan mencari musik yang khas dari setiap daerah maupun negara. Contohnyalagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang berasal dari Kalimantan Selatanyang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.
          6. Sistem Pengetahuan
Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan,perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politikdsb. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinyakarena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dansangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaanseseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajaricukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat.
           7. Sistem Religi
Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut. Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Darikelima agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang berbeda-beda. Akantetapi untuk masyarakat yang tinggal dikota upacara keagamaan sepertinyasudah tidak dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja. Sedangkanmasyarakat yang tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan upacarakeagamaan tersebut.

B.     Penulisan Tentang Salah Satu Unsur Kebudayaan

Unsur-Unsur Kebudayaan Suku Sakai
1.      Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup Suku Sakai
Sistem teknologi dan peralatan yang digunakan masyarakat suku Sakai dalam kesehariannya dapat terlihat pada aktivitas berburu dan berladangnya, dalam hal berburu Peralatan yang digunakan oleh suku Sakai adalah parang, panah dan juga memakai jerat sentakserta konjouw. Konjouw adalah tombak yang terbuat dari besi yang dipanaskan, konjouw itu dibekali oleh mantra-mantra hewan. Tidak hanya berburu, orang sakai sangat terkenal dengan mencari ikan dengan menggunakan perahu serta kail tradisional hasil buatan mereka sendiri dan suku Sakai juga senang menangkap udang dan kepiting dengan menggunakan perangkap yang berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan.

2.      Sistem Mata Pencaharian Hidup Suku Sakai

Masyarakat suku sakai memiliki banyak bentuk mata pencaharian, hal ini dikarenakan system ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat suku sakai di pengaruhi kondisi daerah yang mereka tempati atau yang mereka huni. Oleh karena itu masyarakat suku sakai mempunyai banyak bentuk mata pencarian demi menghidupi keluarganya di antara banyak mata pencarian yang dilakukan masyarakat suku sakai antara lain adalah:

Berladang

Dalam kehidupan sosial mereka setiap orang sakai atau setiap keluarga mereka harus mempunyai sebidang tanah atau sebidang ladang. Pada umumnya anak-anak laki-laki yang lajang atau yang belum mempunyai istri seharusnya atau wajib sudah mempunyai ladang, setidaknya sedikit bidang ladang. Jika anak bujang dari keluarga suku sakai tersebut tidak mempunyai ladang maka anak bujang ini ikut membantu dan mempunyai bagian ladang sendiri, dari sebuah ketetanggaan ladang bersama dengan kerabat dekat yaitu kakak perempuan ( dalam urut pertama ) atau kakak laki-laki ( yang sudah berkeluarga ). Karena dengan hasil berladang ini lah membuat mereka dapat memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Ladang merupakan faktor pertama dalam memenuhi kehidupan suku sakai, karena ladang merupakan tempat mereka di hidupkan dari kecil sehingga menjadi dewasa. Rumah-rumah mereka dibangun di atas ladang, serta diladang inilah mereka merasa kehidupan yang dapat membedakan antara hak pribadi dan hak-hak sosial keluarga mereka masing-masing.

Menanam ubi manggalo

Orang sakai dalam kegiatan mata pencaharian dalam budaya tradisional mereka di samping berladang mereka juga menanam ubi manggalo ( Ubi beracun ). Ubi ini biasanya ditanam di lain dari lokasi ladang. Ubi manggalo ditanam setelah berumur 1-2 tahun baru dapat dimakan langsung karena mengandung racun. Untuk mengkonsumsi ubi ini maka orang sakai melakukan beberapa cara untuk menghilangkan racun tersebut dengan cara disimpan:
Ubi manggola tidak boleh disimpan selama 1-2 hari, setelah ubi dicabut langsung dicuci disungai atau rawa
Ubi manggalo yang sudah bersih kulitnya dari kotoran lalu ditaruh di dalam keranjang anyaman lalau ubi ini di rendam selama 3 hari 3 malam
Setelah di rendam, ubi ini diparut oleh pihak wanita sehingga halus, lalu ubi yang telah halus ini di masukan kedalam goni untuk memeras atau membuang air yang terdapat dalam ubi tersebut
Racun yang terdapatt pada ubi ini pun hilang dikarenakan air yang terkandung pada ubi ini telah diperas. Lalu ubi manggalo ini dimasukan kedalam kuali yang diletakan di atas api secara maksimal
Dengan menggunakan sebuah sendok kayu besar dan panjang parutan ubi manggalo di adukan dan diratakan sampai hasil parutan menjadi kering. Orang sakai menyebutkan proses ini dengan ” Menyangga “
Proses terakhir yang dilakukan suku sakai adalah menyimpan ubi yang telah kering tersebut karena ubi ini tidak memiliki racun lagi. Hasil ini disebut dengan ” Manggalo Mersik “
Manggalo mersik mirip dengan kerak nasi, berbutir-butir atau bergumpal-gumpal kecil.manggalo mersik dapat juga di gunakan sebagai makanan pokok suku sakai, biasanya manggalo mersik ini di sajikan dengan lauk pauk seperti gulai ikan, sayur-sayuran dan berbagai macam makanan lainnya.

Berburu dan Mencari Ikan di Sungai

Berburu atau mencari ikan merupakan mata pencaharian asli suku sakai, sedangkan berladang dipengaruhi oleh pada masa kesultanan siak. Pengertian berburu oleh orang sakai bukanlah kegiatan yang membunuh hewan tetapi mereka melakukan dengan menjerat alat buruan mereka yaitu KONJOUW. Konjouw adalah tombak yang terbuat dari besi yang dipanaskan, konjouw itu dibekali oleh mantra-mantra hewan. Hewan yang mereka sering buru adalah kera, babi hutan, kijang, dan kancil. Hasil tangkapan buruan ini mereka gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari biasanya mereka jadikan sebagai lauk pauk. Tidak hanya berburu, orang sakai sangat terkenal dengan mencari ikan. Cara yang mereka lakukan adalah dengan mengail, serta mereka juga senang menangkap udang dengan menggunakan tangguk, suku sakai mengenal lebih dari 30 jenis ikan. Di rawa-rawa atau di sungai-sungai kecil mereka menangkap ikan dengan menggunakan lukah dan jarring, orang-orang sakai pada masa lalunya memasang lukah dari jarring pada sore hari menjelang malam dan pada pagi hari dapat dilihat hasil tangkapannya. Pada biasanya ikan yang mereka tangkap langsung mereka goreng. Jika jumlah tangkapannya relative banyak maka sebagian dari ikan itu untuk dijual kepada orang lain, bahkan suku sakai biasanya membarter ikan tangkapan dengan barang yang mereka perlukan.
3.      Sistem dan Organisasi Kemasyarakata Suku Sakai

Masyarakat Sakai pada masa lalu mempunyai sistem pemerintahan yang mereka sebut Perbatinan yang dipimpin oleh Batin. Orang Sakai menempati 13 anak sungai, permukiman mereka disebut batin. Perbatinan ini terdiri atas Perbatinan Lima dan Perbatinan Delapan. Disebut dengan Perbatinan Lima mereka masing‐masing perbatinan mempunyai tanah hak ulayat dan hutan di (1) Minas; (2) Kuala Penaso; (3) Beringin; (4) Belutu; dan (5) Tengganau. Perbatinan Delapan adalah kelompok orang Sakai yang di beri hak untuk membuka hutan oleh Raja Siak Sri Indrapura meliputi wilayah (1) Petani; (2) Sebanga; (3) Air Jamban; (4) Pinggir; (5) Semunai; (6) Sam‐Sam; (7) Kandis; (8) Balai Makam.
Sistem kekerabatan Suku Sakai menganut matrilineal yaitu dititik beratkan menurut garis keturunan ibu/perempuan. Yang lebih diutamakan adalah kedudukan anak perempuan dari anak laki‐laki. Anak perempuan penerus keturunan ibunya, sedangkan anak laki‐laki hanya seolah‐olah pemberi bibit keturunan kepada isteri. Dalam budaya Sakai hak perempuan Sakai besar, semua barang milik baik yang bergerak maupun tidak bergerak adalah milik wanita. Kedudukan kepala suku diwariskan dari wanita, dan anak‐anak mengikuti ibu, bukan ayah. Karena itu menurut masyarakat Sakai apabila suatu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka seolah‐olah hidup tidak berkesinambungan. Namun demikian bukan berarti anak laki‐laki tidak berfungsi dalam keluarga. Anak laki‐laki membantu orang tua meringankan beban hidup keluarga. Namun menurut Bosniar dalam kehidupan masyarakat Sakai sekarang banyak juga yang memakai hukum Islam dalam lembaga waris mereka, artinya sistem matrilineal digunakan untuk menentukan kerabat tapi dalam pembagian waris mereka sebagian menggunakan hukum Islam.
Sistem kekerabatan bagi orang Sakai merupakan kerangka acuan yang penting dalam menentukan dengan siapa ego (saya) dapat berhubungan dan bekerjasama dalam berbagai kehidupan sosial, ekonomi dan keluarga. Bagi orang Sakai kelompok‐kelompok kekerabatan dalam kehidupan mereka terwujud dalam kegiatan pengelolaan ladang, biasanya satuan pemukiman dihuni oleh satu atau dua kelompok keluarga. Namun sistem ini (pola kerjasama) di antara mereka tidak selamanya dapat diaplikasikan ke semua jenis ‘gotong royong’, semisal yang diinisiasi pemerintah seperti Jumat bersih atau ‘tanggung renteng’ dalam pengelolaan dana bergulir. Hal‐hal demikian tidak dikenal oleh masyarakat, dan terkesan ‘mengada‐ada’. Ego perorangan dalam masyarakat Sakai sangat kuat, Suparlan (1995) menyebutkan bahwa ‘ego diri sendiri’ bukan ‘ego kelompok’ merupakan pusat dalam pertukaran. Jika orang Sakai berutang atau memberikan sesuatu barang kepada orang lain, maka kewajiban yang memberikan sesuatu barang tersebutlah yang menagih. Artinya orang yang berkepentingan itulah yang harus meminta kembali apa yang diberikannya. Termasuk dalam hal memberikan jasa dan timbal‐baliknya (balas‐jasa).
4.      Bahasa Suku Sakai

Bahasa Sakai digunakan oleh masyarakat Suku Sakai sebagai alat komunikasi antar etnik dan terkadang juga digunakan dalam berkomunikasi dengan penduduk yang berlainan etnis. Komunikasi dengan penduduk yang berlainan etnis dapat terlaksana karena struktur maupun kosa kata bahasa Sakai memiliki banyak persamaan dengan bahasa Melayu dan Bahasa Minangkabau. Penduduk di Kecamatan Mandau pada umumnya dapat berbahasa Melayu dan berbahasa Minangkabau. Selain untuk berkomunikasi, banyak kata dalam bahasa Sakai yang digunakan untuk menamai jenis kayu yang ada disekitar lingkungan mereka. Bahasa Sakai ini juga digunakan sebagai bahasa pergaulan dan bahasa budaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sakai.

5.      Sistem Kesenian Suku Sakai

            Salah satu bentuk kesenian yang terdapat pada masyarakat suku Sakai adalah tarian makan sirih atau tari persembahan, tari persembahan merupakan tarian yang biasa dipentaskan untuk menyambut kedatangan tamu agung. Tari ini dibawakan oleh 8 sampai 10 orang perempuan. Gerak tari persembahan sangat sederhana, bertumpu pada gerakan tangan dan kaki. Gerakan menunduk sambil merapatkan telapak tangan merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu yang datang. Para penari mengenakan baju yang biasa dipakai mempelai perempuan, yaitu baju adat yang disebut dengan baju kurung teluk belanga. Pada bagian kepala, terdapat mahkota yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan berbentuk bunga. Sementara, bagian bawah tubuh para penari dibalut oleh kain songket berwarna cerah. Tari persembahan dipentaskan dengan iringan musik Melayu yang bersumber dari perpaduan antara suara marwas, gendang, gambus, dan lain sebagainya. Saat pertunjukan, salah satu penari dalam tari persembahan akan membawa kotak yang berisi sirih. Sirih dalam kotak tersebut kemudian dibuka dan tamu yang dianggap agung diberi kesempatan pertama untuk mengambilnya sebagai bentuk penghormatan, kemudian diikuti oleh tamu yang lain. Karenanya, banyak orang yang menyebut tari persembahan ini dengan sebutan tari makan sirih.
6.      Sistem Pengetahuan Suku Sakai

            Sistem pengetahuan yang dimiliki tergolong cukup maju, hal ini bisa tergambarkan jelas lewat pembuatan rumah adat suku Sakai. Rumah mereka dibangun diatas tiang-tiang kira-kira 130 cm sampai 180 cm, tiangnya terbuat dari kayu-kayu gelondongan besar dan kecil, tantai dan dindingnya terbuat dari kulit kayu, atap rumahnya terbuat dari jalinan daun kapau,tumah mereka tidak berjendela, dan pintunya hanya satu, dan pintu ini ditutup dari dalam dengan palang kayu, untuk masukan kedalam rumah, mereka menggunakan tangga, rumah mereka dibuat tanpa menggunakan paku, semua yang tersambung diikat dengan tali dari rotan, rumah mereka tidak memiliki kamar-kamar, hanya terdiri dari bagian dapur dan bagian tempat tidur mereka. Dapur mereka terletak dekat pintu rumah, dan dekat pintu tersebut dibuat tungku untuk memasak, dan ditempat ini jjuga mereka makan, di dalam rumahnya terdapat para, dan setiap rumah orang sakai mempunyai para, hal ini digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga mereka(baju bagus, senjata berburu,dll) dan juga sebagai tempat penyimpanan persediaan makanan, dan di dalam rumah mereka juga terdapat peti, yang kurang lebih panjangnya sekitar 70 cm, lebar 35 cm, dan tinggi sekitar 30 cm dan peti ini digembok, dihalaman rumah mereka terdapat kayu-kayu, ranting-ranting, cabang-cabang atau juga belahan-belahan kayu, ukuran luas rumah mereka ada yang luasnya 4 m x 6 m, dan ada juga yang 6 m x 10 m. Dan suku sakai juga telah mengenal sistem gotong royong dan sistem barter dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu sistem pengetahuan suku Sakai juga tampak dalam proses perladangan, dalam hal ini mereka mengenal beberapa tahapan dalam proses perladangan, yaitu: memilih tempat untuk membuat ladang; pembukaan lahan, dalam membuka hutan untuk berladang biasanya suku sakai mempunyai tradisi yang unik yaitu, hutan yang telah mereka bersihkan atau mereka tebas mempunyai ukuran tertentu, masing-masing panjangnya 50 M dan lebar 20 M, dalam aturan perladangan orang sakai jarak ladang muka-belakang tergabung dalam sebuah ke tetanggaan haruslah sama sedangkan bedanya dapat berbeda-beda, orang sakai mengikuti secara ketat aturan ini, bila sekiranya batas muka tidak merupakan garis lurus tertapi bagian ladang akan ikut bengkok mengikuti bengkok garis muka, aturan-aturan atau tradisi seperti ini sanagat di patuhi oleh suku sakai, karena jika mereka tidak mengikuti aturan yang telah menjadi tradisi ini maka sebutan suku sakai yaitu HANTU TANAH atau penunggu ladang akan marah, dengan akibat sipeladang akan sakit dan hasil ladangnya akan jelek di serang hama, babi hutan, dan binatang lainnya; menunggal padi; dan tahapan yang terakhir adalah panen.

7.      Sistem Religi Suku Sakai

Salah satu ciri masyarakat Sakai adalah agama mereka yang bersifat animistik. Meskipun banyak di antara orang Sakai yang telah memeluk Islam, namun mereka tetap memraktekkan agama nenek moyang mereka yang masih diselimuti unsur-unsur animisme, kekuatan magis, dan tentang mahkuk halus. Inti dari agama nenek moyang masyarakat Sakai adalah kepercayaan terhadap keberadaan ‘antu‘, atau mahluk gaib yang ada di sekitar mereka. Masyarakat Sakai menganggap bahwa antu juga memiliki kehidupan layaknya manusia. Mereka bergerombol dan memiliki kawasan pemukiman. Pusat dari pemukiman antu ini menurut orang Sakai berada di tengah-tengah rimba belantara yang belum pernah dijamah manusia. Akan tetapi kepercayaan animisme yang dahulu dianut oleh sebagian besar suku Sakai, kini berganti dengan beberapa agama seperti Islam, atau pun juga Kristen. Sehingga keyakinan terhadap makhluk halus yang sering disebut ‘Antu, tidak lagi menyelimuti kehidupan mereka. Hal ini terjadi akibat banyaknya pembukaan hutan untuk perkebunan sawit dan juga pemukiman penduduk baru serta program transmigrasi yang telah mempengaruhi cara pemikiran dan juga pola hidup suku sakai.


PERBEDAAN KARAKTERISTIK PASAR INDUSTRI DENGAN PASAR KONSUMEN DAN SIFATNYA

PEMASARAN   INDUSTRI Istilah pemasaran dapat diartikan dalam berbagai konteksa sesuai dengan pemgembangan strategi yang dilakukan perusa...